Posts Tagged With: arsitektur vernakular

Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan dan Perancangan Perumahan

slide1slide2slide3slide4slide5slide6slide7slide8slide9slide10slide11slide12slide13slide14

File:

  1. laporan-diskusi-masyarakat-dalam-perencanaan-dan-perancangan-lapangan-rt-7-dago-pojok
  2. laporan-kegiatan-partisipasi-masyarakat-dalam-perencanaan-dan-perancangan-lapangan-rt-7-dago-pojok
Categories: Karya Tulis Ilmiah | Tags: , , , , , | Leave a comment

YU SING

MUHAMMAD INDRA RHAMADHAN / 15213025

MUHAMMAD HERO UMAR RENALDI / 15213107

 

Yu Sing dilahirkan di Bandung, 5 Juli 1976. Pada 1995 hingga 1999, ia menempuh pendidikan di Teknik Arsitektur di Institut Teknologi Bandung. Setelah lulus, Yu Sing mendirikan studio arsitektur bernama Genesis. Genesis adalah biro konsultan desain dengan semangat eksplorasi arsitektur kontemporer terhadap bentuk-bentuk geometris yang kuat. Kiprah Genesis kemudian berkembang pada penggalian arsitektur vernakular Indonesia dengan karakter rustic yang dipadukan ke dalam ekspresi kontemporer serta arsitektur berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Pada bulan Juni 2011, Genesis berubah nama menjadi akanoma, yang merupakan singkatan dari akar anomali yakni memperkuat komitmen untuk senantiasa berakar pada konteks potensi Indonesia dan persoalan masyarakat yang “terpinggirkan”. Hal ini ia buktikan dengan aktif mengikuti dan menggagas berbagai kegiatan sosial maupun komunitas sosial. Sebuah proyek filantropi terbaru yang ia gagas adalah “Papan untuk Semua”, yang bergerak di bidang perumahan dan ruang publik untuk masyarakat. Dalam proyek ini, ia bersama dengan rekan-rekannya membantu memberikan desain gratis dan juga ikut menggalang dana untuk membuat rumah layak huni yang aman bagi beberapa masyarakat yang kurang mampu.Dengan berbagai kegiatan di atas, Yu Sing menunjukkan komitmen dan kepeduliannya yang tinggi terhadap bidang arsitektur, lingkungan dan sosial. Hal ini sejalan dengan tekad yang selalu ia usung, bahwa arsitektur adalah untuk semua, tidak terbatas pada kalangan menengah ke atas saja.

Dalam desainnya, Yu Sing memikirkan bahwa arsitektur kini harus berada pada titik perimbangan. Arsitektur harus dapat melayani sifat kemajemukan, selain melayani individualitas manusia, arsitektur yang juga berpihak kepada kelestarian alam, selain berpihak pada kepentingan manusia. Yu Sing memiliki pemikiran dalam hal arsitektur yaitu:

  1. Mengupayakan Rumah Murah.

Yu Sing menyadari bahwa masyarakat awam arsitektur kebanyakan  ingin menggunakan arsitek dan memiliki rumah yang terdesain dengan baik, namun kecil hati karena citra dunia arsitektur yang mentereng dan mahal, sehingga terjadilah salah kaprah bahwa arsitektur dan mempekerjakan seorang arsitek adalah kebutuhan tersier semata. Citra ini diubah oleh Yu Sing karena menurutnya setiap cabang ilmu dapat bermanfaat bagi siapa saja, bukan hanya mereka yang mampu

  1. Mengkinikan Arsitektur Nusantara.

Dalam persoalan ini banyak sekali hal yang dapat dilakukan dalam menunjang pengkinian arsitektur nusantara antara lain dengan mempertimbangkan ciri-ciri morfologi, mempertimbangkan bahan material yang digunakan dan menjunjung tradisi lokal. Serta menerapkan nilai kegotongroyongan dalam menjaga tradisi tersebut.

  1. Mengupayakan Kampung Kota Lestari.

Karena sesungguhnya kampung kota dapat menggerakan roda kehidupan kota. Serta dapat menjaga keselarasan alam dengan masyarakat sekitarnya.

Lokalitas merupakan bagian yang sangat diperhatikan oleh Yu Sing. Untuk karya-karyanya Yu Sing sangat memperhatikan lokalitas bukan hanya untuk rumah murah saja. Alam, budaya, dan arsitektur ketinganya mempunyai kolerasi yang sangat penting. Dalam banyak kasus, alam terjaga justru karena manusia bergantung, membutuhkan, dan memakai alam.contoh sederhana adalah kampung adat sunda yang sampai sekarang masih memakai bambu untuk rumah maupun perkakas, maka sampai saat ini bamboo masih ditanam luas dan dilestarikan. Sebaliknya, di Ambon sagu sudah tidak lagi menjadi makanan pokok sehingga banyak pohon sagu yang masih kecil sudah ditebang, dan kita tidak lagi memndengar bangunan dari kayu sagu, padahal Yu Sing menemukan data masjid wapaupe di sana dibangun pakai kayu sagu pada tahun 1414. Pengunaan material alam yang ada disekitar, bukan yang didatangkan dari jauh, membangun hubungan kuat antara masyarakat dengan alamnya. Material alam energy terkandungnya {embodied energy} sangat rendah, budaya pertukangan masyarakat juga dapat berkembang dan pengetahuan tentang material alam pun dapat terjaga. Bila sumber daya alam masih memungkinkan/menyediakan, material alam seperti kayu, bambu, batu, dan tanah jika digunakan dalam jangka panjang seiring usia penggunaan, materialnya semakin berkarakter terkadang menjadi lebih indah. Sebaliknya material hasil industri menufaktur semakin lama kualitas dan keindahannya semakin menurun. Oleh karena itu Yu Sing sangat tertarik dalam hal mendesain yakni menggunakan bahan-bahan yang berasal dari alam, bahan bekas, dan menjunjung kearifan lokal.

Sumber:

  • com/traditional-houses-indonesia-preserving-nature-eco-friendly-buildings-materials/
  • Youtube : Yu Sing Merupakan Arsitektur untuk Semua
  • com/yu-sing-arsitek-muda-yang-progersif/
  • com
Categories: catatan | Tags: , , , , , , , , , , , | 1 Comment

Blog at WordPress.com.